Pembahasan Kegiatan 11 (Kuantitasi Mikroba: Hitungan Cawan)

M. Badru Tamamudin (260110100081) Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tentang kuantitasi mikroba atau perhitungan mikroba. Dimana dalam perhitungan mikroba terdapat 2 metode yang dilakukan, yaitu secara langsung atau tidak langsung. Pada metode secara langsung bisa dengan membuat preparat bahan atau menggunakan ruang hitung. Sedangkan secara tidak langsung terdapat 4 cara, yaitu dengan perhitungan cawan (TPC), pengenceran, calorimeter, dan metode pendekatan (MPN methode). Dalam praktikum pembiakan bakteri dengan metode cawan hitung ini, semua pengerjaan harus dilakukan secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi dari lingkungan luar terhadap sampel ataupun biakan bakteri yang akan dibuat. Pertama-tama saat dilakukan pengenceran sampel, dalam hal ini digunakan sampel berupa air mineral. Diperlukan tiga tabung reaksi dan volume pipet yang sudah disterilisasi terlebih dahulu di dalam autoklaf. Tabung reaksi dikeringkan di dalam oven, namun volume pipet tidak boleh dikeringkan didalam oven karena volume pipet merupakan alat yang mempunyai skala volumetri, jika dikeringkan dengan cara pemanasan akan memuai, sehingga akan berpengaruh dalam perhitungan. Tabung reaksi merupakan wadah untuk pengenceran sampel, sampel diencerkan tiga kali sehingga didapatkan konsentrasi 10-1, 10-2, dan10 -3, masing masing konsentrasi dimasukkan dalam tiap tabung reaksi dan diberi label agar tidak terukar dan memudahkan dalam identifikasi. Volume pipet digunakan untuk memipet dan memindahkan sampel serta aquadest kedalam tabung reaksi. Pada mulut volume pipet harus dipastikan masih terdapat kapas yang menutupi mulut volume pipet tersebut. Hal ini bertujuan agar bakteri yang terdapat dalam sampel tidak terhirup oleh mulut serta bakteri dari mulut juga dapat disaring oleh kapas. Cairan sampel dan aquades dihirup dengan volume pipet yang berbeda lewat mulut, bukan menggunakan bulb pipet. Untuk sampel, digunakan volume piper berskala 5 mL sedangkan untuk aquadest digunakan volume pipet berskala 10 mL. Semua pengerjaan pengenceran harus dilakukan dekat api, namun juga tidak boleh terlalu panas karena suhu yang terlalu panas dapat mematikan bakteri sehingga bakteri tidak dapat tumbuh sementara tujuan dari praktikum ini adalah mengamati pertumbuhan bakteri dengan faktor lingkungan dan nutrisi yang cocok. Pengenceran dilakukan agar dapat dibedakan bagaimana jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada tiap-tiap konsentrasi yang berbeda, bakteri yang tumbuh pada konsentrasi tinggi akan lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan bakteri yang tumbuh pada konsentrasi yang lebih rendah karena induk biakan bakteri lebih banyak terdapat pada konsentrasi yang tinggi, dalam hal ini pada konsentrasi 10-1. Setelah dilakukan pengenceran, tiap-tiap 1 mL sampel dalam masing masing tabung reaksi dipindahkan ke dalam cawan petri. Cawan petri merupakan wadah pertumbuhan bakteri yang nantinya akan dimasukkan ke dalam inkubator. Setelah itu dimasukkan ke dalam masing-masing cawan petri nutrien broth yang merupakan media cair pertumbuhan bakteri. Nutrien Broth sudah dibuat sebelumnya, dimana di dalam tiap liter nutrien broth terkandung banyak protein dan NaCl serta nutrisi pendukung pertumbuhan bakteri lainnya. Nutrien broth berwarna kuning agak kental. Pada pembuatan media agar padat di perlukan takaran agar yang benar. Jika pembuatannya terlalu pekat maka Aw rendah sehingga mikroorganisme tak akan tumbuh dengan baik. Dan sebaliknya jika pembuatan media terlalu encer maka nutrisi sedikit dan hal tersebut menyebabkan mikoorganisme terhambat pertumbuhannya pula. Pada pembuatan agar cawan setelah agar memadat di haruskan meletakan media pada posisi terbalik, hal ini bertujuan agar uap air yang terbentuk ketika di lakukan proses inkubasi tidak menetes pada koloni bakteri. Dan jika sampai ditetesi air maka kemungkinan besar bentuk koloni akan berubah karena sudah terkontaminasi. Media pengencer berfungsi untuk mengencerkan konsentrasi nutrisi dan mengurai koloni mikroorganisme yang bergerombol padat sehingga dapat di amati dan di ketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik dan untuk mendapatkan perhitungan yang tepat. Media-media yang dapat di gunakan dalam uji mikrobiologi ini antara lain: 1. PCA (Plate Count Agar): Di gunakan sebagai media pertumbuhan bakteri 2. PDA (Potato Dextrose Agar): Digunakan sebagai media pertumbuhan khamir dan kapang 3. Pepton: sebagai bahan pengencer Awalnya nutrien broth disimpan di dalam erlenmeyer berukuran besar, lalu dituangkan ke dalam tiga tabung reaksi besar yang sebelumnya sudah ditandai sampai batas 9 mL. Dari dalam ketiga tabung reaksi besar tersebut, masing-masing dituangkan ke dalam cawan petri yang sudah berisi sampel dengan berbagai konsentrasi. Semua pengerjaan dilakukan dekat api untuk memperbesar evaporasi dan dengan hati-hati agar nutrien broth tidak tumpah. Setelah masing-masing cawan petri diisikan nutrien broth, cawan petri diputar perlahan diatas meja laboratorium agar penyebaran nutrien dan bakteri merata di seluruh permukaan cawan petri. Setelah itu, ditunggu sampai membeku. Setelah cairan dalam cawan petri membeku, ketiga cawan petri dibalik agar uap air yang terkondensasi pada bagian tutup cawan petri tidak menetes pada media nutrien broth. Kemudian, ketiga cawan petri yang telah dibalik ditumpuk, maksimal penumpukan hanya 3 cawan petri dan diusahakan posisi tutup tidak miring. Tumpukan cawan dibungkus dengan kertas koran lalu dimasukkan ke dalam inkubaror dengan suhu 350C – 400C (suhu tumbuh bakteri). Sampel diinkubasikan selama ± 18-24 jam dihitung dari waktu dimasukkan ke dalam inkubator. Setelah 18-24 jam, sampel diambil dari inkubator dan dihitung jumlah koloni bakteri di dalam masing-masing cawan. Saat akan dilakukan perhitungan terlihat bahwa bakteri pada cawan 10-1 jauh lebih banyak daripada bakteri pada kedua cawan lainnya. Untuk memudahkan perhitungan, apabila penyebaran bakteri merata cawan petri bisa dilukis menjadi empat kuadran, dihitung salah satu kuadran saja lalu jumlahnya dikalikan empat. Jumlah yang didapat pada masing-masing cawan petri adalah: • Konsentrasi 10-1 = > 300 koloni • Konsentrasi 10-2 = > 300 koloni • Konsentrasi 10-3 = > 300 koloni Yang dimasukkan kedalam perhitungan jumlah koloni bakteri per mL sampel hanya koloni bakteri pada konsentrasi 10-2 dan 10-3 karena keduanya memenuhi jumlah bakteri ideal dalam pembiakan nutrien broth yaitu antara 30-300 koloni. Sedangkan pada konsentrasi 10-1 terlalu banyak koloni, sehingga tidak dipilih. Selanjutnya dipilih range dalam koloni tujuannya adalah untuk meminimalisir kesalahan dalam proses analisa(statistical error). Jika didapat jumlah koloni kurang dari 30 maka: – Kesalahan statistik tinggi. – Sangat sensitif terhadap kontaminan (jumlah bakteri kontaminan yang tidak sengaja masuk, besar pengaruhnya terhadap jumlah akhir koloni per cawan). – Membutuhkan kerja aseptis yang lebih teliti. Solusi yang tepat dalam hal ini adalah memperbesar ukuran sampel. Jika didapat jumlah koloni lebih besar dari 300 maka : – Dimungkinkan ada sifat antagonisme antar spesies, misalnya bakteri A menghambat bakteri B dengan mengeluarkan metabolit tertentu (antibiotik) sehingga bakteri B tidak tumbuh sedangkan keduanya berada diposisi yang berdekatan. – Perebutan nutrisi/kompetisi sangat tinggi yang lama-kelamaan menimbulkan keterbatasan nutrisi. – Kemungkinan dua koloni bergabung menjadi satu lebih besar sehingga mengaburkan jumlah sebenarnya karena dua koloni yang bergabung tetap dihitung satu koloni. Solusi : memperkecil ukuran sampel atau diencerkan. Setelah dihitung jumlah koloni per sampel maka didapatkan jumlah koloni per mililiter air mineral adalah > 300 koloni / ml.

PEMBAHASAN ANTIINFLAMASI

Percobaan pengujian efek inflamasi ini bertujuan untuk mengetahui besarnya efektivitas obat antiinflamasi dapat menghambat udem pada hewan percobaan yang telah diinduksi oleh karagenan. Sesuai dengan tujuan percobaan, prinsip dasar yang melandasi percobaan ini adalah dengan penyuntikan obat uji secara subkutan pada telapak kaki belakang tikus putih menyebabkan udem yang dapat diinhibisi oleh obat antiinflamasi (aspirin dan piroksikam) yang telah diberikan sebelumnya. Volume udem yang terjadi diukur dengan alat plethysmometer dan dibandingkan terhadap volume udem yang tidak diberikan obat (kelompok kontrol dengan PGA). Aktivitas obat antiinflamasi dinilai dari persentase proteksi yang diberikan terhadap pengukuran udem.

Secara prosedural, tahapan-tahapan yang dilakukan dalam percobaan ini akan dibahas lebih lanjut. Pertama-tama, sebelum percobaan dimulai, masing-masing tikus dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol (PGA), kelompok uji 1 (aspirin), dan kelompok uji 2 (piroksikam). Tikus kemudian ditimbang bobot badannya menggunakan timbangan hewan dan diberikan tanda pengenal pada bagian ekor berupa urutan agar mudah untuk diklasifikasikan dan dibedakan. Selain itu, pada kaki belakang bagian kiri diberikan tanda batas untuk setiap tikus dengan spidol, agar pemasukan kaki ke dalam air raksa setiap kali selalu sama, sehingga analisis data yang dilakukan lebih akurat dan sebagai batas masuknya kaki ke dalam air raksa. Hewan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tikus karena tikus memiliki luas permukaan kaki yang lebih besar dibanding mencit, sehingga akan mempermudah pengukuran dan mudah disuntik secara subplantar, sedangkan jika digunakan mencit, kaki mencit harus dipotong tiap kali uji. Selain itu, tikus lebih resisten terhadap infeksi, sehingga dapat diketahui obat uji yang berperan dalam efek antiinflamasi. Menurut literatur penggunaan tikus sebagai hewan uji mempunyai keunggulan, antara lain: banyak gen-nya tikus relatif mirip dengan manusia, sehingga jika pengujian dilakukan pada manusia, akan memberikan hasil yang sama. Kemampuan berkembang biak tikus sangat tinggi, relatif cocok untuk digunakan dalam eksperimen massal. Tipe bentuk badan tikus kecil, mudah dipelihara dan obat yang digunakan di badannya dapat relatif cepat termanifestasi, sehingga efek yang dihasilkan dapat diteliti dan memiliki akurasi yang tinggi.

Setelah proses ini, kaki belakang tikus dimasukkan sampai tanda batas ke dalam air raksa yang telah diberi cairan metilen blue agar memudahkan dalam membaca volume yang tersambung dengan alat plethysmometer. Kenaikan volume air raksa yang terbaca pada alat dicatat dan dinyatakan sebagai volume dasar, kenaikan volume air raksa diperoleh dari hasil pengurangan volume air raksa setelah dimasukkan kaki tikus dan sebelum dimasukkan kaki tikus. Pada proses ini diusahakan agar air raksa tidak tumpah karena akan mempengaruhi proses pembacaan volume air raksa. Selain itu, air raksa jangan terlalu kontak dengan kulit, karena air raksa termasuk logam berat yang bisa merusak jaringan atau pigmen kulit, jadi proses yang dilakukan harus hati-hati. Pengukuran volume ini menggunakan air raksa sebagai cairannya karena air raksa memiliki sifat yang sensitif jika ada pergerakan atau sedikit guncangan, sehingga akurasi data dapat tercapai. Selain itu, air raksa memiliki sifat kohesi yang besar sehingga tidak menempel pada kulit kaki tikus, semua kelebihan air raksa ini diharapkan dapat meningkatkan keakuratan pembacaan volume pada alat.

Tahapan selanjutnya, tikus diberikan larutan control berupa PGA pada tikus 1, larutan aspirin pada tikus 2, dan larutan piroksikam pada tikus 3 secara peroral dengan menggunakan sonde khusus untuk tikus yang lebih besar dibandingkan sonde untuk mencit. Tikus didiamkan selama satu jam untuk mendistribusikan larutan control dan uji ke sel target. Larutan aspirin dan piroksikam berperan sebagai larutan uji 1 dan uji 2 yang berperan sebagai obat antiinflamasi.

Mekanisme radang diawali dari terjadi kerusakan membrane sel akibat rangsangan mekanis, kimia dan fisika kemudian menuju fosfolipida (membrane sel) terdapat enzim fosfolipase yang akan mengeluarkan asam arakidonat. Dengan adanya enzim siklooksigensae maka asam arakidonat akan dirubah menjadi prostaglandin. Siklooksigenase mensintesa siklik endoperoksida yang akan dibagi menjadi dua produk COX 1 dan COX 2. COX 1 berisi tromboksan ,protasiklik (yang dapat menghambat produksi asam lambung yang berfungsi untuk melindugi mukosa lambung). COX 2 (asam meloksikam) berisi prostaglandin (penyebab peradangan). Sedangkan lipooksigenase akan mengubah asam hidroperoksida yang merupakan precursor leukotrien LTA (senyawa yang dijumpai pada keadaan antifilaksis) kemudian memproduksi LBT 4 (penyebab peradangan) dan LTC4,LTD4 dan LTE4.

Ciri- ciri terjadinya radang adanya rubor (rasa nyeri), kalor (panas), dolor (kemerahan), tumor (bengkak) dan adanya keterbatasan gerak yang akan menjadi semakin parah apabila tidak segera diobati. Obat antiradang dibagi menjadi steroid dan nonsteroid. Pengunaaan obat nonsteroid lebih dianjurkan untuk radang ringan baru setelah tidak ada penurunan digunakan obat steroid. Efek samping dari obat nonsteroid adalah dapat meningkatkan asam lambung oleh karena itu diberikan setelah makan. Efek samping dari obat steroid lebih berbahaya dari nonsteroid karena menyebabkan cushing (tensi cairan yang berlebih), osteoporosis, menghambat pertumbuhan, immunosukresif dan moonface pada wajah,terjadi lisis karbohidrat dan trigliserida yang menyebabkan hiperglikemia sehingga kadar insulin meningkat.

Dari percobaan ini, dapat dihitung persentasi inhibisi radang yang dihasilkan dari inflamasi terhadap kelompok tikus uji dosis 1 (Aspirin) sebesar 72,84% dan dosis uji 2 (Piroksikam) sebesar 72,06 %. Persentase inhibisi radang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

% inhibisi=(% radang kontrol- % obat)/(% radang kontrol) ×100%

Pada kelompok uji aspirin dan piroksikam, terlihat bahwa obat antiinflamasi memberikan efek dengan menginhibisi peradangan yang timbul pada telapak kaki tikus. Efek yang diberikan oleh obat antiinflamasi berupa inhibisi peradangan terhadap kedua kelompok uji tikus tersebut dapat dihitung dengan menghitung persentasi inhibisi radang. Jika dibandingkan kedua kelompok uji, yaitu aspirin dan piroksikam dalam hal menginhibisi terjadi inflamasi, maka aspirin memiliki efek antiinflamasi lebih efektif dibandingkan dengan piroksikam karena nilai persentasi radang aspirin (72,84%) lebih besar dibandingkan dengan piroksikam (72,06 %).

PERCOBAAN II DOSIS RESPON OBAT DAN INDEKS TERAPI

Tujuan Percobaan

Setelah menyelasaikan percobaan ini diharapkan mahasiswa:

1. Memperoleh gambaran bagaimana merancang eksperimen untuk memperoleh DE50 dan DL50

2. Memahami konsep indeks terapi dan implikasi-implikasinya

Prinsip Percobaan

1. Indeks Terapi

Indeks terapi adalah perbandingan antara dosis yang menghasilkan efek pada 50% hewan percobaan (ED 50) dengan dosis yang mematikan 50% hewan percobaan (LD 50) Indeks terapi merupakan ukuran keamanan obat. Intensitas efek obat pada makhluk hidup lazimnya meningkat jika dosis obat yang diberikan kepadanya juga ditingkatkan.

2. DE50

Dosis obat yang memberikan efek yang diteliti pada 50% dari hewan percobaan (mencit) yang digunakan.

3. DL50

Dosis yang menimbulkan kematian pada 50% dari hewan percobaan (mencit) yang digunakan.

4. Natrium Fenobarbital

 

 

 

Alat dan Bahan

Hewan pecobaan : Mencit jantan, bobot badan rata-rata 20 – 25 gram

Alat : Alat suntik 1 mL, timbangan hewan

Bahan obat : Natrium Fenobarbital

Gambar Alat : 1. Alat suntik 1 mL 2. Timbangan Hewan

 

 

 

 

Prosedur

Langkah pertama percobaan dosis respon obat dan indeks terapi adalah pengelompokkan mencit. Mencit dibagi menjadi 4 kelompok dan masing-masing terdiri dari 4 ekor. Selanjutnya, setiap mencit pada setiap kelompok diberi tanda supaya mudah dikenal. Setiap mencit ditimbang dengan timbangan hewan untuk mengetahui bobot badan dari mencit. Obat (Natrium Fenobarbital) diberikan secara intraperitonial kepada setiap mencit dan setiap kelompok diberikan dosis yang meningkat. Dosis yang diberikan adalah sebagai berikut:

No. Kelompok Dosis (mg/kg BB)

1. I 75 mg

2. II 150 mg

3. III 300 mg

4. IV Kontrol

 

Kemudian, jumlah mencit yang kehilangan “righting reflex” diamati dan dicatat pada setiap kelompok dan angka ini dinyatakan dalam persentase serta jumlah mencit yang mati dicatat pula pada setiap kelompok tersebut. Langkah terakhir adalah data hasil pengamatan dicatat dalam data pengamatan dan digambarkan dalam bentuk grafik dosis-respon.

Hipertensi

Kelompok : 15

Pertanyaan :

1. Jelaskan mengapa hipertensi bisa diturunkan dengan membatasi makanan-makanan bergaram?

Kelebihan asupan garam dapat meningkatkan tekanan darah dalam tubuh atau yang disebut hipertensi. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan stroke. Makanan enak belum tentu baik untuk kesehatan, bahkan justru dapat membawa dampak buruk yang membahayakan. http://www.ilunifk83.com/t67p195-how-to-stay-healthy

Bertambahnyacairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal tersebutterjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Banyak bukti yang mendukung peran natrium dalam terjadinya hipertensi, barangkali karena ketidakmampuan mengeluarkan natrium secara efisien baik diturunkanatau didapat. Ada yang berpendapat bahwa terdapat hormon natriuretik (de Wardener)yang menghambat aktifitas sel pompa natrium (ATPase natrium-kalium) dan mempunyaiefek penekanan. Berdasarkan studi populasi, seperti studi INTERSALT penurunan TDdapat diperoleh dengan mengurangi konsumsi garam. Cara utama dimana angiotensin meningkatkan tekanan arteri adalah dengan bekerja pada ginjal untuk menurunkan eksresi garam dan air. Ketika tekanan darah atau volumedarah dalam arteriola eferen turun ( kadang-kadang sebagai akibat dari penurunan asupangaram), enzim renin mengawali reaksi kimia yang mengubah protein plasma yang disebutangiotensinogen menjadi peptida yang disebut angiotensin II. Angiotensin II berfungsi sebagaihormon yang meningkatkan tekanan darah dan volume darah dalam beberapa cara. Sebagaicontoh, angiotensin II menaikan tekanan dengan cara menyempitkan arteriola, menurunkanaliran darah ke banyak kapiler, termasuk kapiler ginjal. Angiotensin II merangsang tubula proksimal nefron untuk menyerap kembali NaCl dan air. Hal tersebut akan jumlah mengurangigaram dan air yang diekskresikan dalam urin dan akibatnya adalah peningkatan volume darah dan tekanan darah. http://www.scribd.com/doc/54317983/Makalah-Pato-Fix

Kandungan garam (Sodium/Natrium)

Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi/hipertensi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan dan garam

ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ;

– Jangan meletakkan garam diatas meja makan

– Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli makan

– Batasi konsumsi daging dan keju

– Hindari cemilan yang asin-asin

– Kurangi pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium http://herball.net/category/cara-mengobati/page/2/

 

2. Apa hubungan antara hipertensi dengan penggunaan/konsumsi rokok?

Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti. http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2683130

Pemahaman akan faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan ini penting. Pengendalian faktor risiko stroke ini akan menurunkan risiko seseorang untuk terkena stroke. Tekanan darah yang terkendali di bawah 130/80 mmHg akan menurunkan risiko seseorang untuk terkena stroke. Berhenti merokok akan menurunkan pula risiko terkena stroke. Ketika seseorang berhenti merokok, maka kadar HDL dalam tubuh akan meningkat. Keuntungan lainnya adalah sekitar 20 menit setelah berhenti merokok, tekanan darah akan turun & dalam waktu 24 jam risiko untuk terkena serangan jantung juga akan turun. Dalam waktu 1 tahun resiko untuk terkena penyakit jantung menjadi setengah dari perokok & dalam waktu 15 tahun resiko untuk terkena penyakit jantung akan sama dengan mereka yang tidak pernah merokok. http://sayangdibuang.wordpress.com/tag/kolesterol/

Asap rokok yang terhisap ke dalam berbagai saluran, baik darah, pencernaan, akan menyebabkan vasokontriksi, sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Faktor resiko yang paling membahayakan adalah terancamnya penyakit srtoke pada perokok. Sehingga, terdapat banyak dampak yang buruk dari merokok tersebut. Selain itu, membuat lingkungan sekitar tidak nyaman dan tidak asri lagi karena terjadi pencemaran.

 

3. Apa saja faktor-faktor yang dapat membuat penderita hipertensi kehilangan kesadaran atau pingsan?

Pingsan atau sinkop adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran yang mendadak, dan biasanya sementara, yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, tinitus, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Jika orang tersebut tidak dapat berganti posisi menjadi hampir horizontal, ia dapat mati karena efek trauma suspensi. http://sakitsebabdanobatnya.wordpress.com/anda-pingsan-berhati-hatilah/

 

• Faktor medis, karena kesehatan si penderita lemah, maka gampang sekali lelah dan berakibat pingsan pada kondisi yang parah

• Faktor resiko perilaku, pola hidup yang kurang baik dan tidak sehat menyebabkan penderita lemah dalam system imunnya.

• Faktor olah raga, kurangnya altivitas tubuh (gerak tubuh)

• Faktor emosi (kejiwaan), suasana hati yang tidak tentu dan tidak nyaman, seperti sering marah tanpa alas an yang pasti http://www.metris-community.com/gejala-dan-penyebab-stroke/

 

4. Jenis daging (hewan darat dan laut) apa saja yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita hipertensi? Jelaskan.

IKAN LAUT

Jenis ikan yang termasuk dalam ikan laut tidak hanya binatang laut yang dapat barnafas menggunakan insang. Kelompok crustacea, seperti udang dan kerang juga termasuk ikan laut. Tetapi lebih tepatnya disebut dengan produk laut. Kategori ikan laut masih terbagi lagi menjadi dua, yaitu ikan (produk laut) berkadar kolesterol tinggi dan tidak mengandung kadar kolesterol tinggi. Ikan yang tinggi kadar kolesterolnya seyogyanya dihindari. Kalaupun tetap ingin mengonsumsi, jangan lupa untuk membatasi jumlahnya. Namun khusus bagi yang menderita hipertensi dan stroke dilarang mengonsumsinya. Sebab membahayakan kesehatan. Jenis ikan (produk laut) tinggi kolesterol dan harus dihindari antara lain: udang jerbung, lobster, udang windu, rebon, kepiting, cumi-cumi, kerang, rajungan dan lorjuk. Ikan laut yang tidak mengandung kolesterol terbagi dalam dua kategori, yaitu ikan tanpa kolesterol tapi tidak mengandung asam lemak omega 3 dan ikan tanpa kolesterol mengandung omega 3. Jenis ikan laut tanpa kolesterol tanpa omega 3 antara lain baronang, kakap merah, tengiri, kerapu, belanak, bawal, ikan ekor kucing, dorang, cucut, ikan kembung, tongkol, maubara dan teri nasi. Ikan laut kelompok ini baik dikonsumsi oleh kalangan semua usia, bahkan penderita stroke dan hipertensi sekalipun. http://wulanhastari.wordpress.com/

 

5. Mengapa kalium, magnesium dan kalsium dapat mengurangi tekanan darah tinggi?

Tiga jenis mineral untuk menurunkan tekanan darah

Kalium yang membantu metabolisme energi. Kalsium, magnesium dan potassium merupakan mineral-mineral yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan cara mempercepat pengeluaran sodium dan cairan dari dalam tubuh. Makanan yang kaya akan mineral ini menurunkan tekanan darah secara langsung dengan cara membantu saluran arteri lebih lebar dan fleksibel.

 

Konsumsi makanan yang rendah akan magnesium dan kalsium dihubungkan dengan level tekanan darah yang tinggi. Berikut adalah beberapa makanan sehari-hari yang dapat dipilih untuk meningkatkan asupan mineral kalsium, magnesium dan potasium:

 

1. Kalsium

Untuk menambah asupan kalsium anda dapat menambah konsumsi sarden (dengan tulang), susu bebas lemak dan produk susu lainnya yang diperkaya kalsium, jus jeruk, kol, dan brokoli. Bagi penderita hipertensi asupan kalsium yang disarankan sekitar 1.200 mg per hari.

 

2. Magnesium

Bagi penderita hipertensi, asupan magnesium yang disarankan sekitar 350 mg per hari dari makanan hariannya. Makanan sumber magnesium yang baik antara lain bayam, lobak Swiss, sereal tinggi serat, kacang, dan roti gandum. Makanan lain yang kaya magnesium termasuk almond, kacang mete, kacang-kacangan, kedelai, kacang, halibut, dan oatmeal.

 

3. Potassium

Dalam beberapa penelitian, asupan potassium / kalium sebanyak 4.700 mg per hari dapat mengurangi tekanan darah. Makanan yang merupakan sumber potassium antara lain pisang, melon, jus jeruk, kentang, tomat, kacang kering / kacang polong, bayam, susu, yoghurt, dan ikan. Harus diperhatikan bahwa asupan potassium harus dipantau dan dibatasi pada orang yang memiliki penyakit ginjal. Menambahkan asupan mineral kalsium, magnesium, dan kalium telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah, sementara itu efeknya sangat minimal. Oleh karena itu mengkonsumsi makanan yang mengandung ketiga jenis mineral ini sangat disarankan bagi penderita hipertensi. http://www.smallcrab.com/kesehatan/1089-tiga-jenis-mineral-untuk-menurunkan-tekanan-darah-tinggi

Cara Isolasi Senyawa Kimia Dari Bahan Alam

Pada dasarnya isolasi senyawa kimia dari bahan alam itu adalah sebuah usaha bagaimana caranya memisahkan senyawa yang bercampur sehingga kita dapat menghasilkan senayawa tunggal yang murni. Kita ambil saja sebuah contoh, bagaimana cara mengisolasi senyawa dari tumbuhan. Tumbuhan itu mengandung ribuan senyawa, baik yang dikategorikan sebagai metabolit primer ataupun metabolit sekunder. Biasanya proses isolasi senyawa dari bahan alami ni mentargetkan untuk mengisolasi senyawa metabolit sekunder, karena senyawa metabolit sekunder diyakini dan telah terbukti dapat memberikan manfaat bagi terhadap kehidupan manusia. Antaralain manfaatnya adalah dalam bidang pertanian, kesehatan, pangan kosmetik dll.

 

 

Misalkan suatu ketika anda menemukan ataupun mendapatkan informasi tentang sebuah tumbuhan yang bisa digunakan dalam pengobatan suatu penyakit tertentu. Tentu saja tumbuhan tersebut bisa memberikan efek karena ada sesuatu yang dikandungnya. Bagaimana cara kita mengetahui apa jenis senyawa yang dikandung oleh tumbuhan tersebut yang dapat memberikan efek farmakologis itu? Salah satu caranya adalah dengan cara mengisolasi senyawa kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut dan kemudian mengujikan aktivitas farmakologisnya. Apakah semua senyawa yang terdapat dalam tumbuhan itu bisa diisolasi? Jawabnya adalah tidak mungkin. Karena terdapat jutaan senyawa dalam tumbuhan tersebut, dan biasanya yang memberikan efek farmakologis itu adalah senyawa-senyawa yang persentasenya didalam tumbuhan itu besar, dan bisanya juga memang senyawa-senyawa ini yang mudah diisolasi.

Bagaimana cara isolasi senyawa kimia dari Tumbuhan? Secara garis besarnya tahapan dalam isolasi senyawa dari bahan alam adalah sbb:

1. Melakukan ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik.

2. Melakukan pemisahan dengan berbagai metoda kromatografi antara lain menggunakan metoda partisi, kromatografi kolom, Kromatografi planar, kromatografi radial, HPLC dll.

3. Elusidasi struktur senyawa yang telah diisolasi dengan menggunakan berbagai metoda spectroskopi seperti Inframerah, spektum massa, NMR dll

4. Ujikan aktivitas farmakologis senyawa yang telah berhasil diisolasi

Macam – Macam Kosmetik dan Jenis – Jenis Kulit

12 Apr

A. Penggolongan Kosmetik

Sebelum kita masuk ke penggolongan kosmetik yang beredar, ada istilah kosmetik, obat, dan medicated cosmetics yang perlu kita ketahui. Difinisi kosmetik dalam peraturan Menteri kesehatan RI No.445/MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut :

“ Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan bada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi,supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan, tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit, “….Sementara itu, obat adalah bahan, zat, atau benda yang dipakai untuk diagnosa,pengobatan dan pencegahan suatu penyakit atau yang dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh.

Dalam difinisi kosmetik menurut peraturan Menteri Kesehatan RI tersebut, yang dimaksud dengan “ tidak di maksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit “ adalah bahwa sediaan yang ada seyogianya tidak mempengaruhi struktur dan faal kulit. Namun bila bahan suatu kosmetik adalah bahan kimia — meskipun berasal dari alam maka ia akan mempengaruhi struktur dan faal kulit dan akan memungkinkan terjadinya beberapa reaksi – reaksi serta perubahan pada struktur dan faal kulit. Tak ada bahan kimia yang tidak menimbulkan efek jika mengenai kulit (bersifat indeferens).

Oleh karena itu Lobowe, seorang ilmuwan medis, menciptakan istilah cosmedics, yang merupakan gabungan kosmetik dan obat yang dapat mempengaruhi faal kulit secara positif, namun bukan obat, Istilah cosmedics kemudian diubah oleh Faust menjadi medicated cosmetics di tahun 1982.

Kosmetik dibagi menjadi 3 golongan, yaitu menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, menurut sifat dan cara pembuatanya, serta menurut kegunaan bagi kulit.

1. Penggolongan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, kosmetik dibagi dalam 13 macam, yaitu

1. kosmetik untuk bayi, Misalnya, minyak bayi, bedak bayi, dan sebagainya;

2. kosmetik untuk mandi, misalnya sabun mandi, bath capsule, dan sebagainya;

3. Kosmetik untuk mata, misalnya mascara, eye shadow, dan sebagainya;

4. wangi – wangian, misalnya parfum, toilet water, dan sebagainya;

5. kosmetik untuk rambut, misalnya cat rambut, hair spray, dan sebagainya ;

6. make up, (kecuali mata) misalnya bedak, lipstik, dan sebagainya,

7. kosmetik untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth washes, dan sebagainya,

8. kosmetik kebersihan badan, misalnya deodorant, dan sebagainya,

9. kosmetik untuk perawatan kuku, misalnya cat kuku, lation kuku, dan sebagainya,

10. kosmetik perwatan kulit, misalnya pembersih , pelembab, pelindung dan sebagainya,

11. kosmetik untuk cukur, misalnya, sabub cukur, dan sebagainya,

12. kosmetik untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dan sebagainya,

 

Penggolongan menurut sifat dan cara pembuatanya

Menurut sifat dan cara pembuatanya kosmetik dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Kosmetik modern, kosmetik modern yaitu kosmetik yang diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk diantaranya adalah cosmedics).

b. Kosmetik tradisional, Jenis kosmetik tradisional ada 3 macam, yaitu (1). Betul betul tradisional, misalnya mangir dan lulur yang bahanya diambil dari alam dan diolah menurut resep dan cara yang diajarkan secara turun temurun. (2). Semi tradisional, yakni yang diolah dengan cara modern dan diberi bahan pengawet agar tahan lama, dan (3). Hanya namanya saja yang tradisional, sedangkan isinya tanpa komponen yang benar benar tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional.

 

1. Penggolongan menurut Kegunaanya Bagi Kulit

Menurut kegunaanya bagi kulit, kosmetik dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

a. Kosmetik perawatan kulit (skin care cosmetics), Jenis kosmetik ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit, Beberapa kosmetik yang termasuk jenis kosmetik perawatan kulit ini, antara lain, adalah :

(1). Kosmetik untuk membersihkan kulit (Cleanser), misalnya sabun, cleaning,cream, cleansing milk, dan penyegar mulut (freshmer)

(2). Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer), misalnya moisturizing cream, night cream,dan antiwrinkle cream,

(3). Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream, sunscreen foundation, dan sun block cream / lotion, serta

(4). Kosmetik untuk menipiskan atau mengelupaskan kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelasan (abrasiver).

b. kosmetik riasan (dekoratif atau make up), Jenis kosmetik ini di perlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit, sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confidence), Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar.

Teori Dasar Skrining (Penapisan) Fitokimia

Uji fitokimia terhadap kandungan senyawa kimia metabolit sekunder merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian mengenai tumbuhan obat atau dalam hal pencarian senyawa aktif baru yang berasal dari bahan alam yang dapat menjadi precursor bagi sintesis obat-obat baru atau menjadi prototype senyawa aktif tertentu. Oleh karenanya, metode uji fitokimia harus merupakan uji sederhana tetapi terandalkan. Metode uji fitokimia yang banyak digunakan adalah metode reaksi warna dan pengendapan yang dapat dilakukan di lapangan atau di laboratorium (Iskandar et al, 2012).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di zona khatulistiwa (tropik) dan terkenal mempunyai kekayaan alam dengan beranekaragam jenis tumbuhan, tetapi potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan sebagai bahan industri khususnya tumbuhan berkasiat obat. Masyarakat Indonesia secara turun-temurun telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan untuk bahan obat tradisional baik sebagai tindakan pencegahan maupun pengobatan terhadap berbagai jenis penyakit. Pemanfaatan tumbuhan obat tradisional akan terus berlangsung terutama sebagai obat alternatif, hal ini terlihat pada masyarakat daerah yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan modern. Dalam masa krisis ekonomi seperti saat ini, penggunaan obat tradisional lebih menguntungkan karena relatif lebih mudah didapat, lebih murah dan dapat diramu sendiri, selain itu bahan bakunya dapat ditanam di halaman rumah sebagai penghias taman ataupun peneduh halaman rumah (Sulianti et al, 2005).

 

Penemuan berbagai senyawa obat baru dari bahan alam semakin memperjelas peran penting metabolit sekunder tanaman sebagai sumber bahan baku obat. Metabolit sekunder adalah senyawa hasil biogenesis dari metabolit primer. Umumnya dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi, yang bukan merupakan senyawa penentu kelangsungan hidup secara langsung, tetapi lebih sebagai hasil mekanisme pertahanan diri organisma. Aktivitas biologi tanaman dipengaruhi oleh jenis metabolit sekunder yang terkandung didalamnya. Aktivitas biologi ditentukan pula oleh struktur kimia dari senyawa. Unit struktur atau gugus molekul mempengaruhi aktivitas biologi karena berkaitan dengan mekanisme kerja senyawa terhadap reseptor di dalam tubuh (Lisdawati et al., 2007).

Penapisan fitokimia dilakukan menurut metode Cuiley (1984). Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui komponen kimia pada tumbuhan tersebut secara kualitatif. Misalnya: identifikasi tannin dilakukan dengan menambahkan 1-2 ml besi (III) klorida pada sari alkohol. Terjadinya warna biru kehitaman menunjukkan adanya tanin galat sedang warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin katekol (Praptiwi et al, 2006).

Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus mempunyai kepolaran yang berbeda. Hal ini disebabkan kandungan kimia dari suatu tumbuhan hanya dapat terlarut pada pelarut yang sama kepolarannya, sehingga suatu golongan senyawa dapat dipisahkan dari senyawa lainnya (Sumarnie et al, 2005).

Hingga saat ini sudah banyak sekali jenis fitokimia yang ditemukan, saking banyaknya senyawa fitokimia yang didapatkan maka dilakukan penggolongan senyawa agar memudahkan dalam mempelajarinya, adapun golongan senyawa fitokimia dapat dibagi sebagai berikut:

(1) Alkaloid, alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan.

(2) Flavonoid, flavonoid merupakan salah satu golongan fenol alam terbesar yang terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh. Semua flavonoid, menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon yang mempunyai sejumlah sifat yang sama. Dalam tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur. Semuanya mengandung atom karbon dalam inti dasarnya yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6, yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga.

(3) Kuinon, senyawa dalam jaringan yang mengalami okisdasi dari bentuk kuinol menjadi kuinon.

(4) Tanin dan Polifenol, Tanin adalah polifenol tanaman yang berfungsi mengikat dan mengendapkan protein.. Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam atau menyusun golongan tanin.

(5) Saponin, saponin adalah suatu glikosida yang ada pada banyak macam tanaman. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan.

(6) TriTerpenoid, TriTerpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis dirumuskan dari hidrokarbon yang kebanyakan berupa alcohol, aldehida atau asam karbohidrat.

(7) Skrining Senyawa Monoterpenoid dan Seskuiterpenoid, Serbuk simplisia digerus dengan eter, kemudian dipipet sambil disaring. Filtrat ditempatkan dalam cawan penguap, kemudian dibiarkan menguap hingga kering. Kepada hasil pengeringan filtrat ditambahkan larutan vanillin 10% dalam asam sulfat pekat. Terjadinya warna-warna menunjukkan adanya senyawa mono dan seskuiterpenoid (Nurhari, 2010).

 

Klasifikasi Tumbuhan:

Labu Kuning

 

Cucurbita moschata Durch Nama umum

Indonesia: Labu kuning, labu merah, labu parang

Inggris: Butternut squash

Cina: nan gua zi

 

Labu Kuning

 

Klasifikasi

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas: Dilleniidae

Ordo: Violales

Famili: Cucurbitaceae (suku labu-labuan)

Genus: Cucurbita Spesies: Cucurbita moschata Durc

 

Sumber: http://www.plantamor.com/index.php?plant=412

 

Kandungan Kimia dan Manfaat Tanaman

Labu kuning megandung karotenoid (betakaroten), Vitamin A dan C, mineral, lemak serta karbohidrat. Dua senyawa glikosida fenolik telah diisolasi dari biji Cucurbita moschata yaitu (2-hydroxy)phenylcarbinyl 5-O-benzoyl-beta-D-apiofuranosyl(1–>2)-beta-D-glucopyranoside (1) dan 4-beta-D-(glucopyranosyl hydroxymethyl)phenyl 5-O-benzoyl-beta-D-apiofuranosyl(1–>2)-beta-D-glucopyranoside (2). Lima senyawa glikosida fenolik baru cucurbitosides A—E (1—5), diisolasi dari biji Cucurbita moschata yaitu 2-(4-hydroxy)phenylethanol 4-O-(5-O-benzoyl)-β-D-apiofuranosyl(1→2)-β-D-glucopyranoside (1), 2-(4-hydroxyphenyl)ethanol 4-O-[5-O-(4-hydroxy)benzoyl]-β-D-apiofuranosyl(1→2)-β-D-glucopyranoside (2), 4-hydroxybenzyl alcohol 4-O-(5-O-benzoyl)-β-D-apiofuranosyl(1→2)-β-D-glucopyranoside (3), 4-hydroxybenzyl alcohol 4-O-[5-O-(4-hydroxy)benzoyl]-β-D-apiofuranosyl(1→2)-β-D-glucopyranoside (4) dan 4-hydroxyphenyl 5-O-benzoyl-β-D-apiofuranosyl(1→2)-β-D-glucopyranoside (5)

 

Senyawa glikosida fenolik yang baru ditemukan adalah phenylcarbinyl 5-O-(4-hydroxy)benzoyl-beta-D-apiofuranosyl (1–>2)-beta-D-glucopyranoside selain 1-O-benzyl[5-O-benzoyl-beta-D-apiofuranosyl(1–>2)]-beta-D-glucopyranoside 2, cucurbitosides C 3 and A 4. Daunnya berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi obat cacing pita. Daging buahnya pun mengandung antiokisidan sebagai penangkal kanker. Labu kuning juga dapat digunakan untuk penyembuhan radang, pengobatan ginjal, demam, dan diare (Sarmoko et al, TT).

Tidak hanya buah yang bermanfaat, biji buah labu terkandung zat anti-peradangan yang berguna untuk menurunkan gejala arthritis. Selain itu biji juga bisa dikonsumsi setelah diolah menjadi kuaci. Harga biji kuaci labu kuning cukup tinggi, tidak heran karena rasanya yang gurih (Pipit, 2009).

Kesimpulan

Setelah dilakukan pengujian penapisan fitokimia terhadap cucurbitae semen didapatkan hasil:

1. Hasil positif

Golongan senyawa yang terdapat dalam cucurbitae semen adalah Mono-Terpenoid dan Sesqui-Terpenoid ditandai dengan terbentuknya warna ungu.

2. Hasil negatif

Hasil negatifnya adalah tidak adanya golongan Alkaloid, Senyawa Polifenolat, Tanin, Flavanoid, Steroid dan Triterpenoid, Kuinon, dan Saponin.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Iskandar, Y., dan Susilawati, Y. 2012. Panduan Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran: Jatinangor.

Lisdawati,Vivi., Sumali Wiryowidagdo., L dan Broto S. Kardono. 2007. “Isolasi Dan Elusidasi Struktur Senyawa Lignan Dan Asam Lemak Dari Ekstrak Daging Buah Phaleria Macrocarpa”. Jurnal dan Buletin Penelitian Kesehatan; Puslitbang Biomedis dan Farmasi Badan Litbangkes. Vol. 35.

Nurhari, Ogi. 2010. Uji Fitokimia-Terpenoid. Sekolah Tinggi Farmasi: Bandung.

Pipit. 2009. Labu Kuning dan Khasiatnya. Available online at http://www.kabarinews.com/article/Berita_Indonesia/Kesehatan/Labu_Kuning_dan_Khasiatnya/33968. [ Diakses pada tanggal 23 Maret 2012]

Praptiwi, Puspa Dewi dan Mindarti Harapini, “Nilai Peroksida Dan Aktivitas Anti Radikal Bebas Diphenyl Picril Hydrazil Hydrate (Dpph) Ekstrak Metanol Knema laurina”, Majalah farmasi indonesia, 17(1), 32 –36.

Sarmoko, Maryani, R. TT. Labu Kuning (Cucurbita moschata Durch). Available online at http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com/ensiklopedia/ensiklopedia-tanaman-anti-kanker/l/labu-kuning/. [ Diakses pada tanggal 23 Maret 2012]

Sulianti, Sri Budi , Emma Sri Kuncari dan Sofnie M. Chairul. 2005. “Pemeriksaan Farmakognosi Dan Penapisan Fitokimia Dari Daun Dan Kulit Batang Calophyllum inophyllum dan Calophyllum soulatri”. B i o d i v e r s i t a s ISSN: 1412-033x Volume 7.

Sumarnie, H.Priyono dan Praptiwi 2005. “Identifikasi Senyawa Kimia Dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Piper sp. Asal papua”. Puslit.Biologi-LIPI.

Pembahasan Injeksi Kering Steril

Pembuatan sediaan yang akan digunakan untuk injeksi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) mensyaratkan pula tiap wadah akhir injeksi harus diamati satu per satu secara fisik. Kemudian, harus menolak tiap wadah yang menunjukkan pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual. Bentuk suatu obat yang dibuat sebagai obat suntik tergantung pada sifat obat sendiri dengan memperhitungkan sifat kimia dan fisika serta pertimbangan terapetik tertentu. Pada umumnya, bila obat tidak stabil di dalam larutan, maka harus membuatnya sebagai serbuk kering yang bertujuan dibentuk dengan penambahan pelarut yang tepat pada saat akan diberikan.
Terdapat factor-faktor yang harus dipenuhi dalam sediaan injeksi. Pertama, pelarut dan pembawa biasanya air untuk injeksi atau disebut WFI (Water For Injection), penyimpanan harus pada wadah tertutup rapat pada suhu di bawah atau di atas kisaran suhu ideal mikroba dapat tumbuh. Kedua, partikel zat aktif dan bentuk polimorfisme, semakin halus ukuran partikel zat aktif, semakin cepat efek yang ditimbulkan. Kemudian, bentuk amorf memberikan efek yang lebih cepat daripada bentuk Kristal. Ketiga, zat pengawet tergantung bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan formula obat suntik. Keempat, bentuk sediaan, larutan sejati memberikan efek yang lebih cepat daripada larutan suspensi (sustained release action) atau emulsi. Kelima, tonositas meliputi isotonis (jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah, sehingga tidak terjadi pertukaran cairan antara keduanya), isoosmotik (jika suatu larutan memiliki tekanan osmosis yang sama dengan tekanan osmosis serum darah), hipotonis (tekanan osmosisnya lebih rendah dari serum darah, sehingga menyebabkan air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel, tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah, peristiwa tersebut disebut hemolisa), dan hipertonis (tekanan osmosisnya lebih tinggi dari serum darah, kebalikan dari hipotonis yang sering disebut plasmolisa). Dari beberapa penjelasan keadaan hipotonis sangat dihindari yang akan menyebabkan selnya mengkerut dan cairan dalam tubuh akan keluar dan mengakibatkan sel pecah menjadikan efek yang sangat dihindari.
Sebelum melakukan pembuatan obat injeksi kering ada beberapa pemahaman yang harus kita mengerti terlebih dahulu mengenai sediaan khusus nya injeksi kering yang mana akan di buat pada praktikum kali ini. Pemahaman tersebut meliputi bahwa berbagai jenis obat telah di buat dan pertimbangan pembuatan sediaan nya sesuai dengan target atau pasien yang mengkonsumsi obat dan juga kondisi yang sedang di alami pasien dalam usaha nya mengkonsumsi obat. Hal ini ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu kinerja dari zat aktif obat.
Sekarang ini berbagai bentuk sediaan obat dapat kita jumpai dipasaran. Diantaranya adalah sediaan injeksi yang termasuk sediaan steril. Disini kami membuat sediaan injeksi yang merupakan sediaan yang sangat penting bagi dunia kesehatan. Karena pada keadaan sakit yang dianggap kronis, pemberian obat minum sudah tidak maksimal lagi , sehingga perlu dan sangat penting untuk di berikan sediaan injeksi, karena akan sangat membantu untuk mempercepat mengurangi rasa sakit pada pasien, sebab sediaan injeksi bekerja secara cepat, dimana obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah dan akan bekerja akan bekerja secara optimal pada bagian yang sakit. Sediaan injeksi merupakan salah satu contoh sediaan steril , jadi keamanan dan kebersihan sediaan juga telah di uji sebelum dapat di gunakan atau di berikan kepada pasien.
Injeksi kering dibuat juga dikarenakan beberapa pertimbangan. Injeksi kalau di buat dalam keadaan larutan, kestabilan nya di khawatirkan atau khasiat obat injeksi akan berkurang apabila di gunakan. Maka dari itu, sediaan injeksi kering dibuat yang mana akan dilarutkan terlebih dahulu apabila ingin dipakai. Disini sediaan injeksi yang kita buat adalah sediaan injeksi kering streptomisin , dimana di dalam penggunaannya di tujukan untuk pasien yang menderita penyakit tuberculosis, dimana penggunaan obat minum sudah tidak efektif lagi, sehingga harus ditolong dengan pemberian injeksi. Dalam pasarannya injeksi streptomisin yang beredar mengandung aminophyllin 5 ml yang disimpan dalam botol vial yang berukuran 5 ml juga. Hal inilah yang melatarbelakangi mengapa kita membuat sediaan injeksi.
Prosedur pembuatan sediaan injeksi kering ini dimulai dengan menimbang sejumlah serbuk (5 ml) serbuk streptomisin sulfat dan memasukkan nya kedalam botol vial. Pengerjaan di lakukan 2 kali. Karena sediaan yang pertama untuk dikemas dan di kumpulkan kepada asisten dan sediaan yang satu lagi untuk di uji sterilitas nya. Pengambilan bahan dan pemasukkan bahan harus dilakukan secara aseptis. Aseptis adalah suatu bentuk pengerjaan yang dilakukan di dekat api dengan maksud untuk mengurangi adanya kontaminan dari luar berupa mikroorganisme sebagai contoh nya. Yang nanti nya dapat mempengaruhi sediaan steril. Yang membedakan sediaan steril dengan non steril adalah melainkan sediaan steril seharus nya tidak ada atau paling tidak meminimalisir adanya pengaruh atau terkandung nya segala macam kehidupan dalam sediaan. Setelah 2 sediaan berhasil di buat dengan cara aseptis, sediaan pertama di kemas dan dan sediaan kedua di lakukan uji sterilitas.
Prosedur yang selanjut nya adalah uji sterilitas. Yang pertama dilakukan adalah pembuatan dan penanganan media agar padat untuk pemantauan lingkungan. Yaitu dengan cara membuat larutan media pertumbuhan bakteri dan jamur. Media untuk bakteri adalah FTM (fluid thioglycolate medium) dan untuk jamur adalah TSB (tryptone soya broth). Membuat media pertumbuhan nya adalah denga cara menimbang 29,8 gram untuk FTM dan 30,0 untuk TSB lalu masing-masing di larutkan dalam aquadest sebanyak 1 liter lalu di larutkan sampai mendidih dan semua terlarut sempurna. Setelah itu masing-masing media di sterilkan dalam otoklaf pada temperatur 121c selama 20 menit. Tahap ini dinamakan tahap sterilisasi. Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang tercipta sebagai akibat penghancuran dan penghilangan semua mikroorganisme hidup. Produk steril adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas dari mikroorganisme hidup. Setelah media siap digunakan barulah prosedur bisa di lanjutkan ke tahap pengujian sediaan sampel. Pengujian sampel di lakukan dengan pertama kali mempersiapkan semua peralatan steril yang sudah melalui tahap sterilasi alat yang sudah di bahas sebelum nya. Hal ini harus di lakukan agar hasil sediaan benar-benar steril dari hasil pembiakan bakteri serta jamur nanti nya di media. Kemudian ditambahkan semua reagensia yang diperlukan untuk Uji Sterilitas. Reagensia yang digunakan pun harus steril untuk mengurangi jumlah kontaminan, sehingga diperlukan kerja yang aseptik. Selain itu, diusahakan reagensia digunakan dalam keadaan segar untuk menjamin mutu dari produk yang akan dibuat. Selanjutnya untuk memastikan pantauan terhadap sediaan yang dibuat, dilakukan pemantauan lingkungan dengan menempatkan cawan media untuk bakteri dan jamur di dalam LAF (Laminar Air Flow) dan diluar LAF untuk kelas 10.000. LAF adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena LAF mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasi sinar UV beberapa jam sebelum digunakan. Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm . Sinar UV menembus udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu penambahan garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan pemakaian lama penetrasi dihindarkan dan setiap tindakan membunuh mikroorganisme dibatasi pada permukaan yang dipaparkan. Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan meningginya keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom utama terjadi dalam molekul-molekul mikroorganisme atau metabolit utamnya, organisme itu mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh utamanya mungkin pada asam nukleat sel, yang diperhatikan untuk menunjukkan lapisan absorpsi kuat dalam rentang gelombang UV yang panjang.
Sebaiknya sebelum memakai ruangan LAF, bagian tubuh yang terbuka yang rentan terkena sebaran bakteri disemprot dulu dengan alkohol 70% untuk mensterilkan dan menghindari kontaminan. Selain itu, saat bekerja jangan terlalu banyak bergerak karena partikel-partikel kain pakaian dapat menambah kontaminan dan harus mengerti secara pasti bagaimana langkah-langkah (prosedur) kerja yang akan dilakukan. Oleh karena itu, pemakaian ruangan LAF hanya terbatas 2 praktikan saja. Setelah itu, langkah selanjutnya adalah mengambil sampel, lalu sampel dibuka seaseptis mungkin (dengan cara membersihkan wadah sampel sebelum masuk ke LAF dengan alcohol 70% lalu dibuka di ruang LAF).
Kemudian, sampel dilarutkan dengan Aquadest steril (bila sampel berupa serbuk injeksi) jumlahnya sesuai dengan yang tertera pada etiket. Penggunaan Aquadest steril ini berguna untuk menjaga stabilitas cairan injeksi. Lalu sampel yang telah dilarutkan ±1 mL, masing-masing ditambahkan ke dalam media FTM dan media TSB, lalu tutup tabung media dengan segera. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kontaminan masuk ke dalam tabung media, sehingga sediaan akan steril. Kemudian, sebagai langkah terakhir inkubasikan semua tabung media dalam incubator pada temperature 300C-350C untuk media FTM dan 200C-250C untuk media TSB, selama 5 sampai 7 hari. Suhu yang digunakan merupakan suhu optimum bakteri tumbuh dan berkembang biak, sehingga hasil yang didapatkan pun akan lebih akurat dengan presisi yang mendekati kesalahan relative yang stabil. Inkubator ini beguna untuk memeram mokroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu.
Pada etiket, hal – hal yang harus di cantumkan adalah no batch, tanggal pembuatan, nama produk, komposisi, cara pemakaian, tanggal expired, logo golongan obat dan penjelasan nya. No batch sediaan injeksi kering adalah M 12 01 600. Tanda M 12 adalah untuk tahun pembuatan, 01 adalah nomor sediaan yang di buat (dalam hal ini sediaan pertama yang di buat adalah injeksi kering), dan 600 adalah berarti nomor sediaan steril. Kemudian yang tertera tentu saja tanggal pembuatan, nama produk nya yaitu Bihunculosis dan tentunya komposisi juga harus di cantumkan. Pemakain injeksi ini di beri tanda pada etiket yaitu IM atau artinya intra Muscular. Obat ini batas expired nya adalah pada tahun 2015. Dan yang terpenting obat terdapat logo golongan K berwarna merah yang berarti obat injeksi merupakan obat keras yang pendapatan obat nya harus di sertai dengan resep dokter.

Penerapan Pendidikan Seks Semenjak Dini Sebagai Langkah Preventif Terjadinya Freesex

TEMA: PENDAPAT KAMU MENGENAI SEX EDUCATION DIMASUKKAN KE DALAM PENGAJARAN DI SEKOLAH, JELASKAN JUGA MENGENAI ASPEK DAN CARA PENYAMPAIANNYA

www.beasiswadataprint.com

www.dataprint.co.id

M. Badru Tamamudin

            Dewasa ini, kasus freesex (seks bebas) memiliki kuantitasi yang mengalami peningkatan setiap tahunnya.Dampak dari pergaulan bebas dan freesex tentunya sangat negatif dan buruk, mulai dari timbulnya penyakit HIV dan penyakit kelamin lainnya serta yang lebih parah adalah terjadinya praktek aborsi. Data yang dilansir dari sebuah web Devamelodica (2011), “Diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,4 juta jiwa. Parahnya, 800 ribu di antaranya terjadi di kalangan remaja, Sedangkan berdasarkan data Kemenkes pada akhir Juni 2010 tercatat 21.770 kasus AIDS dan 47.157 kasus HIV positif dengan persentase pengidap usia 20-29 tahun yakni 48,1 persen dan usia 30-39 tahun sebanyak 30,9 persen.“

Pendidikan seks seharusnya dilakukan semenjak dini untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pergaulan bebas, hamil di luar nikah dan praktik aborsi yang bisa merugikan tidak hanya pelakunya tapi juga anggota keluarga dan kerabat dekatnya. Tidak sedikit yang menanggung malu karena hamil diluar nikah dan memilih jalan pintas untuk menggugurkan kandungannya. Salah satu cara untuk menggulanginya adalah dengan melakukan penyuluhan mengenai bahaya pergaulan bebas yang kini sudah menjadi momok yang menakutkan bagi kalangan muda. Selain itu, untuk menghindari kegiatan yang tidak bermanfaat, seharusnya para siswa mengikuti berbagai ekstrakulikuler yang dapat menambah pengalaman dan menciptakan prestasi. Dengan mengikuti aktivitas tersebut, diharapkan para siswa melupakan pergaulan bebas yang jelas-jelas sudah menjadi hal yang merugikan.

Sex education itu harus diajarkan sedini mungkin dan setiap tahapan perkembangan anak pun harus berbeda edukasi yang diberikan. Selain itu juga harus diberikan dengan penjelasan yang jelas dan berhati-hati agar tidak terjadi salah penafsiran bagi si anak. Selanjutnya disesuaikan dengan kondisi masyarakat sekarang, latar pendidikan, dan latar keluarga. Untuk itu perlu adanya penyamaan persepsi tentang sex education. Bahwasanya sex education bukan mengajarkan bagaimana melakukan hubungan seks yang baik, tapi membekali diri agar dapat mengubah perilaku seksualnya ke arah yang lebih bertanggung-jawab atau belajar apa yang akan timbul (dampak) dari aktivitas seks tersebut bagi peserta didik (Hasan, 2012).

Diperlukan kerjasama antar pihak terkait, seperti guru dan murid, BKKBN, BNN, polisi dan orangtua siswa agar saling mengingatkan kepada anak didiknya supaya menghindari hal-hal yang tidak ada manfaatnya. Untuk menghindari diskriminasi terhadap siswa, cara penyampaian harus sebaik mungkin jangan sampai ada kesan mengekang dan memaksa, sehingga secara tidak langsung membuat siswa menjadi tersudutkan. Jangan memberikan kesan menakut-nakutkan terhadap siswa, berikanlah penjelasan yang mendetail dan menghindari kesalahtanggapan dari siswa. Diharapkan kerjasama antar lembaga-lembaga terkait ini memberikan pemahaman terhadap siswa. Untuk menjaga perkembangan yang sedang dilakukan, perlu juga dilakukan evaluasi dan monitoring terhadap perkembangan yang terjadi pada siswa, sehingga siswa dapat terhindar dari pergaulan bebas dan pendidikan seks pun akan berjalan dengan baik yang tidak merugikan pihak satu sama lain. Aaamiin.

 

DAFTAR PUSTAKA

Devamelodica. 2011. Fakta Free Sex. Tersedia online di http://devamelodica.com/fakta-free-sex/ [Diakses pada Tanggal 27 Desember 2012]

Hasan, M. N. 2012. Tersedia online di http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/07/%E2%80%9Csex-education-solusi-dini-terhadap-remaja-masa-kini%E2%80%9D-484827.html [Diakses pada Tanggal 27 Desember 2012]

Beasiswa DataPrint

Sumber:

website beasiswa DataPrint

website DataPrint

Partisipasi DataPrint dalam memajukan dunia pendidikan Indonesia tidak henti-hentinya. Di tahun 2009, DataPrint pernah mengadakan program DataPrint Academy yang memberikan kesempatan kepada 30 orang pelajar SMA dari seluruh Indonesia untuk mengikuti workshop selama lima hari di bidang kreatifitas dan entrepreneurship. Kemudian di tahun 2011, sebanyak 700 orang pelajar dan mahasiswa telah menerima beasiswa pendidikan dengan total ratusan juta rupiah. Para penerima beasiswa berasal dari Pekanbaru, Bandung, Jakarta, Ponorogo, Kendari, Martapura, Dumai, Malang, dan lain-lain.

Tahun ini, DataPrint kembali membuka program beasiswa bagi 700 orang pelajar dan mahasiswa. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.

Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu di sini!

PERIODE

JUMLAH PENERIMA BEASISWA

@ Rp 1.000.000 @ Rp 500.000 @ Rp 250.000
Periode 1

50 orang

50 orang

250 orang

Periode 2

50 orang

50 orang

250 orang